LPD Sebagai Ketahanan Adat dan Peran Serta Warga Adat Mengokohkan Pondasi LPD di Masa Pandemi

  • 26 Agustus 2021 00:00 WITA

Mangupura, BaliBanknews –
LPD sebagai lembaga keuangan komunitas adat Bali memiliki peran penting dalam fungsi  intermediasi keuangan. Sejak pendiriannya, LPD menunjukan kinerja sangat baik yang dibuktikan dengan meningkatnya seluruh komponen keuangan. Hal ini sangat bagus mengingat keuntungan LPD harus dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk dana pembangunan desa dan dana sosial.

Merebaknya isu tentang kondisi LPD di daerah Desa Adat Kuta di masa pandemi membuat jengah para tokoh adat, menepis segala isu yang beredar salah satu tokoh adat yang juga anggota DPRD Badung menjelaskan peran serta kondisi LPD Desa Adat Kuta saat ini.
Mengawali langkah membuktikan bahwa kondisi LPD aman dan tidak perlu dikhawatirkan, Tokoh Kuta yang memiliki nama lengkap Gst. Anom Gumanti menabung sebesar 100 juta rupiah sembari mengajak krama adat kembali mempercayai bahwa LPD baik - baik saja.
I Gusti Anom Gumanti yang juga Tim Pemulihan LPD Kuta mengungkapkan, kondisi LPD Kuta saat ini tidak ada masalah. Namun tidak dipungkir, jika bicara likuiditas, sedang berada di bawah rata-rata. “Kenapa? Karena di situasi seperti sekarang ini, banyak juga masyarakat kita yang kreditnya macet. Namun di sisi lain, LPD sesungguhnya masih mempunyai banyak aset dan itu belum kita putuskan untuk diapakan,” ucapnya.

Lebih jauh dikatakannya, di masa pandemi Covid-19 ini tentu banyak yang mengalami kesulitan. Namun buruknya, itu kemudian disusul oleh isu yang bukan-bukan. Sehingga itu menyebabkan kepanikan, dan makin banyak orang yang mau melakukan penarikan. Untuk mengantisipasi hal itu telah dikeluarkan kebijakan pembatasan jumlah penarikan. Begitu diberikan pemahaman, banyak warga yang mengerti dan mengurungkan niat untuk melakukan penarikan.

Pemucuk LPD Desa Adat Kuta, Wayan Gede Budha Artha mengungkapkan, LPD diktakan bangkrut jika banyak ada nasabah peminjam kredit yang fiktif, sehingga tidak ada agunan. Sedangkan LPD Kuta nasabahnya terdata dan ada agunan resminya berupa sertifikat-sertifikat agunan yang bisa dicairkan bila diperlukan.
Lebih jauh diungkapkannya, situasi saat ini terjadi input menurun dari dua arah yakni input dari tabungan menurun akibat kondisi pandemic dan penabung tidak banyak, sedangkan peminjam tidak mampu membayar.

Penyebab kedua, output meningkat dimana penabung-penabung dari luar DAK menarik dana karena pulang kampung, dan berjanji untuk  menabung lagi setelah kondisi pariwisata membaik. Begitu juga penabung dari krama DAK menarik dana karena kebutuhan konsumsi harian.
“Semua itu berimbas pada laporan laba rugi. Akibat salah menafsirkan laporan laba rugi sebagai kondisi sangat buruk (bangkrut), lalu terjad penarikan akibat isu yang salah. Ini menambah kurangnya likuiditas. Sederhananya, sumber air minum berkurang karena musim kemarau, lalu tidak banyak dapat minum air  ditambah diare karena kuman (isu negatif). Ini yang terjadi,” ucapnya.

Dikatakannya, sehingga sekarang dibutuhkan cairan (likuid) dari luar berupa tambahan likuiditas. Tapi kalau tidak terjadi penarikan karena isu negatif, sebenarnya tidak ada masalah. Karena masih bisa diatasi oleh LPD.

“Semua bank besar pun mengalami masalah serupa. Karena perputaran ekonomi merosot, uang beredar tidak banyak, yang ditabung pun menurun. Maka kinerja keuangan bank dan LPD pasti sama. Jika hotel sulit operasional karena tidak ada tamu, sama halnya LPD kesulitan karena tidak ada nasabah menabung seperti dalam kondisi normal. Sebab sekarang masyarakat lebih save money,” ucapnya.

“Setelah ini, agunan-agunan diperlukan untuk dijual akan segera dijual melalui tim pencairan aset, sehingga likuiditas kembali aman. Jadi, tenang saja, semua akan baik-baik saja,” ucapnya.
Bahkan, ditambahkannya, saat ini gerakan semua tokoh menabung di LPD Kuta, mulai dari prajuru desa, kelian banjar, sabha desa, kertha desa, dan kaling serta semua anggota DPRD Kabupaten Badung Dapil Kuta. (yess)


TAGS :

Komentar