Mahasiswa Pariwisata Dukung Konsep Community Based Tourism Kembangkan Kain Songket Sidemen

  • 24 Juli 2021 00:00 WITA

Denpasar, BaliBanknews -
Community Based Tourism merupakan pengembangan pariwisata berbasis kemasyarakatan dengan tujuan melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama dalam pelestarian kearifan budaya lokal.

Menurut Setyaningsih (2010: 20) mengatakan konsep community based tourism dalam proses pembuatan keputusan selalu melibatkan masyarakat lokal khususnya terkait dengan pendapatan, kesempatan kerja, dan terutama pelestarian lingkungan dan kearifan budaya lokal yang pada akhirnya menumbuhkan jati diri dan memilikii rasa bangga dari penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan pariwisata.

Mahasiswa pariwisata IPB Internasional yaitu Ni Kadek Ajeng Wangi Bhuanaputri, I Putu Ryan Dharma Putra, Ni Made Ayu Cantika Ratih, I Made Indra Wahyudi melakukan observasi di Desa Sidemen dengan melakukan wawancara bersama Bapak I Gusti Ngurah Agung Ekaputra selaku Sekretaris Desa Sidemen, menurut beliau penduduk yang menjadi pengerajin Kain Songket Sidemen adalah mayoritas penduduk perempuan dalam hal ini dengan jumlah 2.152 orang dengan total jumlah penduduk di Desa Sidemen yaitu 4.261 orang (Sumber data Profil Desa Sidemen. 2020). 

(Dokumentasi mahasiswa/i Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional di Kantor Desa Sidemen)

Kain Songket adalah salah satu produk wisata yang telah menjadi ciri khas masyarakat di Desa Sidemen, hal ini dibuktikan dengan adanya wawasan terkait pembuatan Kain Songket Sidemen yang diwariskan secara turun menurun seperti yang dikatakan oleh para pengerajin Kain Songket Sidemen bahwa anak-anak perempuan telah mengetahui proses pembuatan Kain Songket Sidemen sedari dini mulai dari umur 8 tahun dan telah menguasai teknik menenun mulai dari umur 12 tahun.

Proses pembuatan Kain Songket Sidemen memiliki banyak tahap yaitu dimulai dari proses yaitu (1) Nyikatin (penyikatan benang), (2) Ngulak (penggulungan benang), (3) Ngayinin (proses merapikan benang), (4) Nyuntik (pemasukkan benang dalam serat bambu), (5) Nyasah (proses dalam penguatan benang), (6) Motifin (proses dalam pembuatan motif Kain Songket yang memiliki estetika dan makna, (7) Nguun (proses mengganti contoh motif Kain Songket Sidemen dari plastik untuk memudahkan dalam melihat motif) dan (8) Nenun (proses menenun Kain Songket Sidemen untuk menjadi lembaran Kain Songket Sidemen) Segala tahap dalam proses Kain Songket Sidemen dilakukan 100% oleh masyarakat di Desa Sidemen.

(Dokumentasi Pemgerajin Kain Songket Sidemen di Desa Sidemen)

Sejauh ini beberapa masyarakat yang menjadikan Kain Songket Sidemen sebagai peluang bisnis khususnya distribusi memanfaatkan digital dalam pengembangan Kain Songket Sidemen di era pandemi COVID-19, hal ini dibuktikan dengan adanya pemasaran Kain Songket Sidemen di beberapa daerah di Bali yaitu Klungkung, Negara, Denpasar, luar Bali yaitu Kalimantan, Sulawesi bahkan luar negeri yaitu Jepang, Singapore, Thailand hal ini diungkapkan oleh Ibu Jero Widiari selaku distributor Kain Songket Sidemen.

Target konsumennya lebih terfokus pada pengiriman Kain Songket Sidemen di daerah Bali untuk dijual kembali (reseller) dan permintaan khusus dari pihak MUA (Make Up Artist) yang menjadi target konsumen konsisten yang digunakan sebagai perlengakapan rias pengantin di Bali. Hal tersebut membutikan bahwa pemanfaatan digital dalam memasarkan dan mengembangkan Kain Songket Sidemen telah optimal dan memberikan dampak positif secara ekonomi di tengah pandemi COVID-19. (yess)


TAGS :

Komentar