Tak Kunjung Direspon, Peguyuban Tukang Potong Sapi Bali Cari Solusi ke Kantor DPRD Bali

  • 22 Desember 2021 00:00 WITA
Perwakilan Peguyuban Tukang Potong Sapi Bali saat diterima oleh Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama


"Sapi Potong Langka Sejak Lima Bulan Terakhir, Curiga Ada Pengiriman Sapi Betina Ilegal Keluar Bali"


Denpasar, balibanknews.com
Setelah sebelumnya menyampaikan keluh kesah ke Dinas Peternakan Provinsi Bali dan tak kunjung mendapat tanggapan, akhirnya Rabu (22/12/2021) tepat pukul 10.00 Wita, Asosiasi Tukang Potong Sapi Bali mencari solusi ke Kantor DPRD Provinsi Bali dan diterima langsung oleh Ketua DPRD Bali I Nyoman Adi Wiryatama. Penyampaian aspirasi tersebut diterima dengan baik dan dinyatakan akan ditindaklanjuti ke pihak-pihak terkait.


Ketua Pembina Peguyuban Tukang Potong Sapi Bali I Made Suarsa saat ditemui usai melakukan audiensi mengatakan, aspirasi mereka akan ditindaklanjuti ke Gubernur dan pihak-pihak terkait lainnya. Pihaknya mengaku sangat resah lantaran sejak audiensi pertama yang dilakukan ke Dinas Peternakan Provinsi Bali hingga saat ini belum juga ada tanggapan. Sementara semenjak lima bulan terakhir stok sapi layak potong makin langka, sehingga secara tidak langsung berdampak terhadap kelangsungan hidup pelaku usaha mulai dari tukang potong hingga pedagang pasar. 
"Ketua DPRD Bali mengatakan akan menindaklanjuti persoalan ini ke Gubernur Bali dan pihak-pihak terkait, semoga kami mendapat solusi terbaik sehingga stok dan populasi sapi terutama sapi betina yang produktif tetap tinggi di Bali," ujarnya.
Suarsa mengaku kuota pengiriman sapi betina produktif ke luar Bali menurut aturan Dinas Peternakan adalah 2.000 ekor, namun pihaknya mencurigai terjadi pengiriman melebihi kuota tersebut. Ia mengaku kondisi di lapangan sangat berbeda dengan laporan yang tercatat di dinas terkait. Sebut saja aktivitas pengiriman sapi betina baik yang produktif ataupun tidak yang terjadi di daerah Sumber Sari di kawasan Negara. Di daerah tersebut disinyalir sering terjadi penyelundupan sapi betina produktif untuk dijadikan sapi potong ke Jawa. "Kami mendapat informasi di daerah Sumber Sari rutin dilakukan pengiriman sapi betina bahkan dua sampai tiga truk setiap hari, dan sepertinya tanpa pengawasan di pelabuhan. Biasanya pengepul sapi yang dikirim ke Jawa mencari stok sapi hingga ke pelosok-pelosok desa, mereka jual ke Jawa karena harga beli lebih tinggi," ujarnya.
Suarsa mengaku, jika penyelundupan sapi itu tetap terjadi dan aktifitas pengiriman sapi betina keluar Bali melebihi kuota maka akan membuat populasi sapi di Bali makin memprihatinkan. Selain itu, jika populasi sapi makin kecil akan membuat harga bibit menjadi mahal, UMKM yang bergerak di sektor daging sapi juga akan kesulitan mulai dari tukang potong, pedagang daging, hingga ke pedagang olahan daging sapi juga akan merasakan dampaknya.
Kedepan Suarsa berharap seluruh pihak terkait bisa mengkaji ulang terkait kuota pengiriman sapi ke luar Bali baik sapi produktif atau sapi potong. Menurutnya pengiriman sapi betina produktif secara  ilegal memang terjadi di sejumlah lokasi di Bali, untuk itu ia berharap kegiatan tersebut mendapat perhatian lebih dari dinas terkait sehingga tidak menyalahi aturan kuota yang ditetapkan. "Mumpung saat ini sudah Bulan Desember dan akhir tahun, kedepan kami berharap kondisi ini bisa direview ulang sehingga penyelundupan bisa ditekan dan para pelaku UMKM Bali yang bergerak disektor ini bisa bernafas lega. Dan kami dari peguyuban tidak akan berhenti memperjuangkan ini," pungkasnya. [Mdy]

 


TAGS :

Komentar