Industri Jasa Keuangan di Bali Tumbuh Positif dan Terjaga Stabil

  • 22 Januari 2025 00:00 WITA
Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu.

Denpasar, balibanknews -
Hingga November 2024 Industri Jasa Keuangan di Bali terjaga stabil didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga. Demikian diungkapkan Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu, belum lama ini.

Puji Rahayu lebih jauh mengungkapkan, berdasarkan posisi November 2024 penyaluran kredit perbankan maupun penghimpunan DPK di Bali mengalami pertumbuhan yang semakin membaik dari periode sebelumnya.

"Penyaluran kredit mencapai Rp111,77 triliun atau tumbuh 6,87 persen yoy lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 6,14 persen yoy (Oktober 2024: 6,88 persen yoy)," ungkapnya.

Puji Rahayu memaparkan pertumbuhan kredit yoy masih didorong oleh peningkatan nominal kredit Investasi yang bertambah sebesar Rp5,54 triliun atau tumbuh 18,79 persen yoy (November 2023: 15,79 persen yoy).

"Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali," ucapnya.

Sementara itu, berdasarkan kategori debitur, lebih jauh dikatakan Puji Rahayu sebesar 52,93 persen kredit di Bali disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 7,44 persen yoy (November 2023: 7,04 persen yoy).

Puji Rahayu lebih jauh memaparkan penyaluran kredit perbankan di Bali didominasi oleh sektor Bukan Lapangan Usaha (konsumtif) sebesar 34,09 persen dan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 28,93 persen.

Pertumbuhan kredit disumbangkan oleh peningkatan nominal penyaluran di Sektor Penerima Kredit Bukan Lapangan Usaha yang bertambah sebesar Rp2,25 triliun (tumbuh 6,29 persen yoy) serta Sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum sebesar Rp1,43 triliun (tumbuh 12,58 persen yoy). 

Diakuinya, penghimpunan DPK mencapai Rp189,98 triliun dan melanjutkan catatan double digit growth yaitu 13,30 persen yoy, walaupun tumbuh melandai dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 20,07 persen yoy.

"Berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK dibandingkan November 2023 ditopang oleh kenaikan nominal Tabungan sebesar Rp12,1 triliun. Fungsi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) posisi November 2024 sebesar 58,83 persen," ucapnya.

Adapun kecukupan modal BPR yang tercermin pada likuiditas BPR (Cash Ratio/CR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga di atas threshold, berturut-turut sebesar 14,83 persen dan 35,41 persen. Tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas.

"Kualitas kredit perbankan di Bali tetap terjaga yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,23 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan November 2023 yang sebesar 3,12 persen. Sementara itu NPL net berada di posisi 2,24 persen, membaik dibandingkan Oktober 2024 yang sebesar 2,33 persen," kata Puji Rahayu.

Puji Rahayu menambahkan, penyelesaian kredit restrukturisasi dan ekspansi kredit berdampak positif bagi penurunan rasio Loan at Risk (LaR) menjadi 12,58 persen dari sebelumnya 20,79 persen pada November 2023 (Oktober 2024: 13,01 persen).

"OJK akan terus mendukung perbankan melalui langkah kebijakan yang diperlukan sehingga perbankan terus bertumbuh berkelanjutan namun tetap prudent dalam aspek manajemen risiko," tutup Puji Rahayu. (jhon/rls)


TAGS :

Komentar