Perekonomian Bali Triwulan III Diharapkan Menunjukkan Perbaikan

  • 05 Agustus 2020 16:00 WITA

Denpasar, BaliBanknews -
Tracking perekonomian di Bali pada triwulan III menunjukkan perbaikan meski bersifat terbatas. "Dengan adanya pembukaan pariwisata Bali. Triwulan III 2020 ada optimisme ada perbaikan," demikian diungkapkan Direktur Bank Indonesia KPw Provinsi Bali, Rizki E. Wimanda, sebagai pembicara dalam kegiatan desiminasi hasil survey yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali, Kamis (6/8).

Kegiatan bertema Survey Bicara (Surya) "Travel Willingnes to Bali yang digelar melalui aplikasi Zoom ini juga menghadirkan pembicara dari Ketua Bali Hotel Association, Ricky Darmika P., dan juga VP of Market Management Accomodation Indonesia Traveloka John Safenson dengan moderator Deputi Direktur Bank Indonesia KPw Provinsi Bali, M. Setyawan Santoso.

Rizki lebih jauh memaparkan, pada triwulan II 2020 ekonomi Bali mengalami kontraksi sebesar -10,98% (yoy). Hal itu disebabkan karena terhentinya aktivitas pariwisata serta adanya pembatasan kegiatan akibat pendemi Covid-19.

Meski demikian dari Hasil Survei Konsumen di Provinsi Bali menunjukkan perbaikan meski masih dalam kondisi pesimis. Begitu juga dengan perkiraan dunia usaha pada triwulan III – 2020 yang membaik meski masih terkontraksi.

Rizki mengatakan sampai saat ini, masih terdapat retriksi penerbangan yang diberlakukan oleh mayoritas negara di dunia. Hal ini menyebabkan kinerja kunjungan wisman baik di nasional maupun Bali sepanjang Q2 2020 menunjukkan angka kedatangan yang mendekati 0. 

"Hal itu disebabkan oleh larangan kedatangan wisman yang berlaku sejak 2 April 2020 hingga batas waktu yang ditentukan," ucapnya.

Untuk Bali, lebih jauh dikatakannya telah dilaksanakan 2 tahapan pembukaan pariwisata yakni untuk masyarakat lokal serta wisatawan nusantara sejak 31 Juli 2020 yang tentunya mengimplementasikan protokol kesehatan sejak kedatangan, hotel dan destinasi wisata termasuk sarana pendukung seperti transportasi. Sedangkan pembukaan pariwisata untuk internasional direncanakan dimulai dari 11 September 2020.

"Mudah-mudahan negara lain membolehkan warganya berkunjung ke Bali. Travel bubble strategi jitu dan cukup efektif saya kira," ucapnya.

Rizki memaparkan, berdasarkan hasil survei kepada overseas partner travel agent serta hotel di Bali dan Indonesia menunjukkan mayoritas wisman akan melakukan perjalanan ke luar negeri setelah negara tujuan bebas COVID-19. Namun terdapat 22,22% responden yang menyatakan akan melakukan pariwisata begitu terdapat penerbangan. Kebijakan self quarantine di negara tujuan mejadi kebijakan paling dihindari oleh wisman.

Dalam menentukan tujuan negara untuk berwisata, lebih jauh dipaparkannya ketersediaan fasilitas kesehatan menjadi faktor pertimbangan utama. Beberapa negara tujuan utama wisata di 2020 adalah Indonesia dan Thailand. Adapun negara yang paling dihindari adalah USA dan Tiongkok.

"Saat ini, 33% responden menyatakan berminat untuk beriwisata ke Indonesia sementara 59% responden masih wait and see," ujarnya.

Kunjungan akan terealisasi begitu terdapat penerbangan dan hal yang dapat meningkatkan minat berkunjung ke Indonesia adalah jika tersedia asuransi yang mengcover. Dengan adanya COVID -19, preferensi utama tempat wisata dari wisman adalah destinasi alam. 

"Beberapa daerah yang ingin dikunjungi wisman di Bali adalah Ubud serta Seminyak dan Canggu," ucap Rizki.

Rizki menambahkan, adanya pembukaan pariwisata diperkirakan akan diikuti dengan peningkatan booking akomodasi. Pada bulan Juli, hanya 19% responden yang menyatakan terjadi peningkatan booking kamar di bulan Juli, meningkat menjadi 30% di akhir tahun. Namun demikian, banyaknya jumlah supply kamar hotel menyebabkan peningkatan tersebut belum mendorong peningkatan occupancy rate hotel secara signifikan.

Sementara itu, kinerja perkiraan penyelenggaraan MICE di Bali masih terbatas begitu juga jumah pemesanan kamar di Bali juga masih terbatas karena terutama belum terdapatnya kunjungan wisatawan. "Strategi utama yang diharapkan adalah tetap menjaga implementasi protokol kesehatan serta adanya inisiasi pelaksanaan kegiatan pemerintah di daerah wisata," imbuhnya.

Sementara itu, John Safenson dari Traveloka mengungkapkan costumer mulai ada peningkatan meski relatif kecil.

Ia melihat prospek wisatawan domestic travellers masih besar untuk digarap dan juga mengharapkan pergerakan wisatawan domestik bisa naik di Bali. 

Ricky Darmika P., juga setuju wisatawan domestik menjadi pasar potensial bagi pariwisata Bali saat ini dan travel bubble diharapkan harus betul-betul mampu menciptakan koridor perjalanan yang menjamin keamanan dan keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan saat pandemi. (jhon)


TAGS :

Komentar